Semakin
dekatnya pelaksanaan Asean Economic
Community pada tahun 2015 tentunya diperlukan kesiapan yang matang dari Indonesia.
AEC sendiri telah disepakati oleh 10 negara anggota ASEAN untuk meningkatkan
perekonomian dan daya saing di wilayah ASEAN. Dalam pelaksanaan AEC,
negara-negara ASEAN harus memegang teguh prinsip pasar terbuka dan ekonomi yang
digerakkan oleh pasar. Dengan kata lain, konsekuensi diberlakukannya AEC adalah
liberalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga terampil secara bebas dan
tanpa hambatan tarif dan nontarif. Adanya kesepakatan Asean Economic Community ini dapat menjadi peluang dan sekaligus
ancaman bagi Indonesia. Apalagi, berdasarkan data World Economy Forum (WEF), daya saing Indonesia berada di urutan 55
dunia pada 2008 dan kemudian menjadi peringkat 50 dunia tahun 2012. Indonesia
masih jauh tertinggal dari Singapura di peringkat tiga dunia, Malaysia ke-25,
dan Thailand urutan ke-38. Eksistensi Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC) ini tentunya menuntut peran serta
masyarakat agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain.
Ismafarsi
sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa farmasi yang ada di seluruh Indonesia
tentunya juga dituntut untuk berperan secara aktif dalam mempertahankan
eksistensi Indonesia di wilayah ASEAN. Bila dipandang dari segi kualitas,
lulusan farmasi dan apoteker yang ada di Indonesia pengetahuan dan tekniknya
tidak kalah jika dibandingkan dengan 9 negara anggota ASEAN yang lainnya.
Beberapa tenaga pengajar ilmu kefarmasian dan apoteker di Indonesia juga telah
mengenyam pendidikan di beberapa universitas terkemuka di dunia. Sehingga
bukanlah hal yang mengejutkan jika mahasiswa yang dididik tenaga pengajar ini
mampu bersaing dalam AEC 2015. Hanya saja kesadaran pemerintah dan masyarakat
akan kehadiran apoteker masih dipandang sebelah mata. Padahal dalam mempelajari
ilmu farmasi dan keahlian apoteker, mahasiswa farmasi dituntut untuk dapat
berpikir kritis, mampu menganalisa secara tepat, cepat dan akurat, serta mampu
mengombinasikan segala bidang seperti kimia, biologi, fisika, matematika dalam
bentuk sediaan yang nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat. Mahasiswa farmasi
juga dituntut untuk mengerti interaksi antar obat, laju absorbsinya di dalam
tubuh, mampu memperhitungkan laju pelepasan obat dan lain sebagainya. Semua
keahlian ini sudah dipelajari oleh mahasiswa farmasi di Indonesia, tinggal
bagaimana pemerintah memberikan apresiasi kepada farmasis dan apoteker dengan
cara menghargai pentingnya farmasis dalam bidang kesehatan.
Dengan
adanya Asean Economic Community (AEC)
ini, tenaga farmasis dan apoteker dari negara lain yang tergabung dalam ASEAN
dapat bekerja dimanapun termasuk Indonesia. Bukan tidak mungkin mereka ini
nantinya akan mengambil kesempatan lulusan farmasi dan apoteker di Indonesia
untuk dapat bekerja di negaranya sendiri. Apalagi jika pemerintah Indonesia masih
belum menghargai kemampuan farmasis dan apoteker yang berasal dari negaranya
sendiri. Begitu pula dengan produk obat-obatan yang nantinya akan bersaing
dengan produk buatan negara anggota ASEAN yang lain. Perlu adanya inovasi dan
daya kreatif demi meningkatkan ekonomi Indonesia serta mempertahankan
eksistensi perusahaan farmasi di Indonesia.
Disinilah
Ismafarsi (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) mengambil peran
penting dalam turut memajukan eksistensi farmasis dan apoteker di Indonesia. Ismafarsi sebagai wadah farmasis muda dapat
membuat kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kreativitas dan
daya saing mahasiswa farmasi yang ada di Indonesia. Sebenarnya Ismafarsi sendiri
telah mengadakan beberapa kompetisi nasional seperti Patient Counseling
Competition. Kompetisi ini dapat dijadikan peluang agar mahasiswa farmasi
Indonesia tidak dipandang sebelah mata oleh Pemerintah Indonesia dan juga
negara lain karena nantinya juara nasional ini ada kemungkinan untuk ikut serta
dalam kompetisi konseling internasional. Ismafarsi juga dapat mengadakan
kompetisi pembuatan kemasan yang kreatif, menarik dan inovatif. Sehingga
kompetisi ini diharapkan mampu meningkatkan daya kreativitas mahasiswa
sekaligus meningkatkan kesadaran mahasiswa farmasi untuk segera mempersiapkan
diri dalam menghadapi AEC pada tahun 2015.
Selain
kompetisi, Ismafarsi juga dapat mengupayakan ketertarikan atau minat mahasiswa
farmasi maupun apoteker untuk turut serta dalam International Student Exchange
Program. Program pertukaran mahasiswa farmasi Internasional ini diharapkan
mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keahlian mahasiswa farmasi yang
nantinya mereka ini dapat mengikuti arus saing yang kuat antar negara anggota ASEAN
terutama dalam AEC ini.
Ismafarsi
juga dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya melibatkan masyarakat dan
petinggi yang terkait. Tentunya dengan tujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah dipelajari dan juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah
akan eksistensi dari farmasis dan apoteker di Indonesia.
Dengan
adanya dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan juga peran serta Ismafarsi
dalam mewujudkan eksistensi farmasis, bukanlah tidak mungkin para mahasiswa farmasi,
farmasis dan apoteker Indonesia mampu bersaing dalam AEC 2015 ini. Sekaligus
mampu meningkatkan perekonomian Indonesia yang saat ini masih menempati urutan
10 setelah United Kingdom dan Prancis berdasarkan data World Bank dari The 2011
International Comparison Program (ICP).
Terryda Ayu Permatasari, BEM Fakultas Farmasi
Universitas Jember
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentar anda.. :)