Friday, November 14, 2014

AEC 2015 bagi Farmasis Indonesia, Peluang atau Ancaman?




Semakin dekatnya pelaksanaan Asean Economic Community pada tahun 2015 tentunya diperlukan kesiapan yang matang dari Indonesia. AEC sendiri telah disepakati oleh 10 negara anggota ASEAN untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing di wilayah ASEAN. Dalam pelaksanaan AEC, negara-negara ASEAN harus memegang teguh prinsip pasar terbuka dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar. Dengan kata lain, konsekuensi diberlakukannya AEC adalah liberalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga terampil secara bebas dan tanpa hambatan tarif dan nontarif. Adanya kesepakatan Asean Economic Community ini dapat menjadi peluang dan sekaligus ancaman bagi Indonesia. Apalagi, berdasarkan data World Economy Forum (WEF), daya saing Indonesia berada di urutan 55 dunia pada 2008 dan kemudian menjadi peringkat 50 dunia tahun 2012. Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura di peringkat tiga dunia, Malaysia ke-25, dan Thailand urutan ke-38. Eksistensi Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC) ini tentunya menuntut peran serta masyarakat agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain.
Ismafarsi sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa farmasi yang ada di seluruh Indonesia tentunya juga dituntut untuk berperan secara aktif dalam mempertahankan eksistensi Indonesia di wilayah ASEAN. Bila dipandang dari segi kualitas, lulusan farmasi dan apoteker yang ada di Indonesia pengetahuan dan tekniknya tidak kalah jika dibandingkan dengan 9 negara anggota ASEAN yang lainnya. Beberapa tenaga pengajar ilmu kefarmasian dan apoteker di Indonesia juga telah mengenyam pendidikan di beberapa universitas terkemuka di dunia. Sehingga bukanlah hal yang mengejutkan jika mahasiswa yang dididik tenaga pengajar ini mampu bersaing dalam AEC 2015. Hanya saja kesadaran pemerintah dan masyarakat akan kehadiran apoteker masih dipandang sebelah mata. Padahal dalam mempelajari ilmu farmasi dan keahlian apoteker, mahasiswa farmasi dituntut untuk dapat berpikir kritis, mampu menganalisa secara tepat, cepat dan akurat, serta mampu mengombinasikan segala bidang seperti kimia, biologi, fisika, matematika dalam bentuk sediaan yang nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat. Mahasiswa farmasi juga dituntut untuk mengerti interaksi antar obat, laju absorbsinya di dalam tubuh, mampu memperhitungkan laju pelepasan obat dan lain sebagainya. Semua keahlian ini sudah dipelajari oleh mahasiswa farmasi di Indonesia, tinggal bagaimana pemerintah memberikan apresiasi kepada farmasis dan apoteker dengan cara menghargai pentingnya farmasis dalam bidang kesehatan.
Dengan adanya Asean Economic Community (AEC) ini, tenaga farmasis dan apoteker dari negara lain yang tergabung dalam ASEAN dapat bekerja dimanapun termasuk Indonesia. Bukan tidak mungkin mereka ini nantinya akan mengambil kesempatan lulusan farmasi dan apoteker di Indonesia untuk dapat bekerja di negaranya sendiri. Apalagi jika pemerintah Indonesia masih belum menghargai kemampuan farmasis dan apoteker yang berasal dari negaranya sendiri. Begitu pula dengan produk obat-obatan yang nantinya akan bersaing dengan produk buatan negara anggota ASEAN yang lain. Perlu adanya inovasi dan daya kreatif demi meningkatkan ekonomi Indonesia serta mempertahankan eksistensi perusahaan farmasi di Indonesia.
Disinilah Ismafarsi (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) mengambil peran penting dalam turut memajukan eksistensi farmasis dan apoteker di Indonesia.  Ismafarsi sebagai wadah farmasis muda dapat membuat kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kreativitas dan daya saing mahasiswa farmasi yang ada di Indonesia. Sebenarnya Ismafarsi sendiri telah mengadakan beberapa kompetisi nasional seperti Patient Counseling Competition. Kompetisi ini dapat dijadikan peluang agar mahasiswa farmasi Indonesia tidak dipandang sebelah mata oleh Pemerintah Indonesia dan juga negara lain karena nantinya juara nasional ini ada kemungkinan untuk ikut serta dalam kompetisi konseling internasional. Ismafarsi juga dapat mengadakan kompetisi pembuatan kemasan yang kreatif, menarik dan inovatif. Sehingga kompetisi ini diharapkan mampu meningkatkan daya kreativitas mahasiswa sekaligus meningkatkan kesadaran mahasiswa farmasi untuk segera mempersiapkan diri dalam menghadapi AEC pada tahun 2015.
Selain kompetisi, Ismafarsi juga dapat mengupayakan ketertarikan atau minat mahasiswa farmasi maupun apoteker untuk turut serta dalam International Student Exchange Program. Program pertukaran mahasiswa farmasi Internasional ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keahlian mahasiswa farmasi yang nantinya mereka ini dapat mengikuti arus saing yang kuat antar negara anggota ASEAN terutama dalam AEC ini.
Ismafarsi juga dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya melibatkan masyarakat dan petinggi yang terkait. Tentunya dengan tujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dan juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah akan eksistensi dari farmasis dan apoteker di Indonesia.
Dengan adanya dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan juga peran serta Ismafarsi dalam mewujudkan eksistensi farmasis, bukanlah tidak mungkin para mahasiswa farmasi, farmasis dan apoteker Indonesia mampu bersaing dalam AEC 2015 ini. Sekaligus mampu meningkatkan perekonomian Indonesia yang saat ini masih menempati urutan 10 setelah United Kingdom dan Prancis berdasarkan data World Bank dari The 2011 International Comparison Program (ICP).
  



Terryda Ayu Permatasari, BEM Fakultas Farmasi Universitas Jember

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar anda.. :)